Kita dan para pelajar sering mengeluh mengenai Al-Qur’an. Tak punya waktu untuk tilawah, tak lagi cukup muda untuk memulai tahfidz (menghafal), dan tak mampu tadabbur karena tak paham Bahasa Arab. Jika kita kurang berinteraksi dengan Al-Qur’an, akan lahir para intelektual yang hanya kaya ilmu tapi tanpa ruh. Ilmu yang tanpa ruh akan kehilangan fungsi utamanya. Fungsi utama ilmu adalah untuk mengantarkan manusia kepada pengenalan (ma’rifah) kepada Allah Swt.
Menurut Sayyid Qutb, berinteraksi dengan Al-Qur’an perlu disertai dengan aktivitas:
1. Rajin membacanya.
2. Rajin mengkaji isi dan ilmu-ilmunya.
3. Hidup dalam kondisi di mana aktivitas, upaya, sikap, perhatian dan pertarungan sebagaimana kondisi di mana pertama kali Al-Qur’an diturunkan.
4. Hidup bersama Al-Qur’an dengan sepnuh hati dan berkeinginan untuk melawan tradisi jahiliyah yang saat ini menyelimuti seluruh sendi kehidupan umat manusia.
5. Membangun nilai-nilai Al-Qur’an di dalam diri masyarakat dan seluruh umat manusia.
6. Siap menghadapi dan memberantas segala macam pemikiran jahiliyah serta seluruh tradisinya di dalam realitas kehidupan.
Adapun pertanyaan yang dapat menjadi bahan evaluasi kualitas interaksi dengan Al-Qur’an:
1. Sudahkah kita beriman terhadap kenbenaran Al-Qur’an, janji-janji yang ada di dalamnya, berbagai fadhillah yang dijanjikan Rasulullah Saw bagi orang yang rajin berinteraksi dengannya?
2. Sudahkah kita mampu membacanya?
3. Mampukah kita membacanya dengan baik sesuai dengan keaslian bacaan Al-Qur’an?
4. Sudahkah kita membacanya secara rutin setiap hari? Kalau kita rajin dan konsisten membaca 1 juz per hari, artinya dalam setahun minimal 12 kali khatam. Para salafush shalih umumnya mampu khatam sepekan sekali, bahkan tiga hari sekali.
5. Sudahkah kebiasaan membaca Al-Qur’an telah menambah bobot iman dan Islam kita? Sehingga tingkat loyalitas kita terhadap Allah Swt, Rasul-Nya dan Al-Qur’an semakin meningkat lantas menghasilkan energi yang membuat kita selalu siap berbuat apa saja untuk Islam ini?
6. Adakah keinginan untuk melakukan kegiatan menghafal Al-Qur’an? 30 juz, 15 juz, 10 juz, 3 juz, atau sekedar 1 juz saja? Menghafal adalah upaya untuk menambah kedekatan dengan Al-Qur’an. Karena antara tilawah dan menghafal adalah 2 hal yang berbeda. Dengan menghafal, jiwa dan otak kita akan terus menyerap lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang diulang-ulang begitu banyak oleh lidah kita.
7. Apakah kita merasa sedih dan penasaran jika ada ayat-ayat yang belum dipahami?
8. Siapkah diri kita menjadi manusia yang Qur’ani seperti yang diungkapkan Aisyah Ra atas Rasulullah Saw bahwa tabi’at dan akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an?
9. Ada iming-iming surga dan keselamatan dari neraka di akhirat kelak yang untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan jiwa dan harta untuk membela Islam (berjihad di jalan Allah), siapkah diri kita untuk merintisnya?