LANGKAH MENUJU KESEJAHTERAAN FINANSIAL
Salah satu kata kunci lain dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah realistis, agar secara rasional bisa dicapai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini dalam menentukan tujuan. Jangan sampai tujuan ini menjadi seperti punguk merindukan bulan.
Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu muluk malah akan menjadi bumerang karena bebannya akan terasa sangat berat sehingga kita menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya.
Langkah 3: Kenali kemana uang Anda dibelanjakan dan batasilahSeperti Anda ketahui bahwa uang tunai sangat likuid, yang diartikan Anda dapat membelanjakannya. Untuk sebagian dari kita, karena uang tersebut sangat likuid, sering kali berlalu seperti air dalam genggaman tangan. Sebuah perencanaan anggaran belanja yang baik dapat memperlambat aliran tersebut dan membantu bila terjadi “banjir” keuangan.
Secara sederhana, penyusunan anggaran belanja bagi suatu keluarga adalah pemetaan tentang arah perjalanan finansial keluarga itu. Walaupun jangka waktu anggaran terbatas, tetapi setiap keputusan finansial yang diambil baik dari sisi pemasukan maupun pengeluaran, secara langsung atau tidak langsung, akan sangat mempengaruhi arah perjalanan finansial selanjutnya. Langkah-langkah finansial kecil yang kita putuskan melalui anggaran akan menentukan langkah-langkah besar di kemudian hari.
Langkah 4: Perhatikan dua masalah keuangan ini—overspending dan debtBelanja berlebihan dan hutang diluar kemampuan, pasti akan merusak sebuah kondisi keuangan yang tadinya solid seperti baja menjadi “amburadul”.
Kebiasaan untuk berbelanja berlebihan bisa dikarenakan belanja itu menyenangkan. Masyarakat kita menganggap ke mall sebagai salah satu hiburan keluarga. Yang tadinya hanya ingin jalan-jalan, pulang malah membawa bungkusan besar dari hasil belanja di mall. Keputusan untuk membeli haruslah didasari oleh sebuah kebutuhan, jangan Anda membelinya hanya karena dorongan atau ketertarikan karena promosi serta iklan besar-besaran ataupun diskon. Tapi ambilah keputusan membeli sesuatu karena memang Anda membutuhkannya.
Contoh diatas merupakan kebiasan keuangan dimana mendahulukan membayar untuk orang lain dari pada diri sendiri. Untuk dapat mengubah serta memperbaiki pola pemakaian uang yang Anda hasilkan tiap bulannya maka Anda harus membayar untuk diri Anda sendiri di depan. Setiap baru mendapatkan gaji atau penghasilan bulanan sebelum dipakai untuk kebutuhan atau keperluan lain, sisihkan 10%-nya setiap bulan.
Satu hal penting berkaitan dengan hutang adalah hutang kartu kredit. Pemakaian kartu kredit sangatlah memudahkan. Tapi ingat jangan anggap kartu kredit sebagai uang saku atau tambahan tapi kartu kredit adalah hutang yang harus Anda bayar begitu tagihan datang. Jangan anda membayar tagihan yang datang setiap bulan hanya cicilan minimalnya saja, karena bunga kartu kredit saat ini masih relatif tinggi, rata-rata berkisar di 3% perbulannya. Dengan bunga majemuk maka bunga kartu kredit per tahun bisa lebih dari 40%. Bukan main tingginya, bukan? Oleh karenanya berhati-hatilah dengan persoalan hutang ini.
Langkah 5: Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijakInvestasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Investasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Sebagai awal, sangat penting bagi Anda untuk memahami bahwa “no single investemnt is right for everyone”. Berbagai batasan seperti kebutuhan akan uang tunai, tujuan dan prilaku serta preferensi Anda terhadap risiko, membuat setiap individu memilih investsi yang berbeda-beda. Menentukan investasi yang tepat membutuhkan sebuah perencanaan yang sesuai.
Dengan menetapkan tujuan spesifik yang telah anda lakukan di langkah ke-2, maka berdasarkan hal itu Anda dapat merencanakan proses pencapaiannya dengan mengalokasikan (menginvestasikan) dana secara regular. Pola investasi ini biasa disebut “Dollar Cost Averaging” .
Langkah 6: Jaga keluarga anda dari risiko dengan asuransiSeperti halnya investasi, maka proteksi juga sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan perencanaan. Karena kita tidak pernah akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin timbul pertanyaan, apakah semua orang membutuhkan asuransi? Tidak ada jawaban yang pasti dalam hal ini. Kebutuhan asuransi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Anda.
Sebagai aturan umum apakah Anda membutuhkan asuransi atau tidak, bisa difokuskan pada pertanyaan apakah Anda sudah menikah atau belum? Secara umum, individu yang belum menikah kebutuhan akan asuransi jiwa menjadi menurun. Tapi hal ini bukan berarti bila Anda tidak memiliki anak maka Anda tidak membutuhkan asuransi. Mungkin saja Anda membutuhkannya. Akan tetapi kecenderungannya, individu yang belum menikah belum menjadikan asuransi menjadi prioritasnya.
Sebaliknya, bila Anda sudah menikah dan memiliki anak, maka asuransi harus menjadi prirotas. Kebutuhan akan asuransi menjadi sangat besar karena sekarang Anda sudah memiliki tanggungan.
Langkah 7: Ini adalah awal bukannya akhirPerencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan dilupakan. Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Keenam langkah di atas merupakan awal dari sebuah proses panjang perencanaan, yang membutuhkan monitoring dan revisi bila dibutuhkan. Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Selamat merencanakan kehidupan keuangan keluarga yang lebih baik di masa depan.
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Berapa banyak impian tahun 2005 yang sudah dicapai? Tentunya sebagian dari Anda telah mencapai beberapa atau malah telah mencapai semua yang diimpikan. Tapi tidak sedikit yang tidak mencapainya. Mungkin karena tidak adanya proses perencanaan untuk mencapai apa yang diimpikan. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memberikan 7 langkah yang dapat Anda lakukan untuk dapat mencapai apa yang selalu diidamkan semua orang, yaitu kesejahteraan finansial.
Langkah 1: Motivasi diri Anda dan tetapkan kekayaan saat iniSemua hal yang dirasa tidak nyaman seputar keuangan bisa menjadi bahan motivasi untuk mengontrol keuangan keluarga. Tentunya Anda sering mendengar bahwa perkataan bila Anda berada dalam kesulitan selalu saja ada jalan keluar. Gunakan kesulitan atau ketidak nyamanan tadi sebagai motivasi untuk mencapai apa yang Anda impikan.
Menetapkan berapa kekayaan bersih yang Anda miliki adalah langkah awal bijak yang harus Anda lakukan. Alat bantunya adalah pembuatan catatan kakayaan. Catatan kekayaan merupakan ringkasan dari nilai aset, hutang atau liabilities dan kekayaan bersih keuangan keluarga pada waktu tertentu. Catatan kekayaan ini merupakan potret sesaat keadaan keuangan keluarga, misalkan per 31 Desember 2003. Catatan ini memberikan perkembangan kondisi keuangan sebuah keluarga. Dari gambaran ini dapat dilakukan perencanaan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai aset dan mengurangi hutang yang masih dimiliki keluarga. Tanpa adanya cacatan kekayaan dengan informasi lengkap, maka sulit bagi Anda untuk mencapai tujuan yang diidamkan.
Bila Anda sudah membuat cacatan tersebut dan memperoleh nilai kekayaan bersih yang Anda miliki, ada baiknya bila Anda membandingkan dengan ukuran general kekayaan dari sebuah buku dengan judul “The Millionaire Next Door” yang ditulis oleh Thomas J. Stanley dan William D. Danko. Formulanya adalah sebagai berikut “A persons’s expected wealth ougth to be 10% of your age multiplied by the annual household income”. Bila formula ini diaplikasikan untuk Anto dengan usai saat ini 35 tahun dan pendapatan selama setahun sebesar Rp.60 juta, maka nilai kekayaan bersih yang sebaiknya dimiliki adalah sebesar 3,5 x Rp.60 juta = Rp.210 juta.
Langkah 2: Tetapkan tujuan dan sesuaikan dengan kondisi keuanganMenurut hemat kami, tujuan keuangan keluarga harus memenuhi 5 kriteria, yang disingkat menjadi SMART: Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound. Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan secara spsifik dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya. Sebagai contoh, Anda ingin untuk hidup berkecukupan di masa tua. Ini memang tujuan, namun belum spesifik. Diperlukan nilai terukur, misalnya memerlukan dana Rp 1 milyar untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Agar lebih lengkap, tujuan perlu dinyatakan misalnya sebagai berikut: Pensiun pada usia 55 tahun dengan dana yang dimiliki Rp 1 milyar.
Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu muluk malah akan menjadi bumerang karena bebannya akan terasa sangat berat sehingga kita menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya.
Langkah 3: Kenali kemana uang Anda dibelanjakan dan batasilahSeperti Anda ketahui bahwa uang tunai sangat likuid, yang diartikan Anda dapat membelanjakannya. Untuk sebagian dari kita, karena uang tersebut sangat likuid, sering kali berlalu seperti air dalam genggaman tangan. Sebuah perencanaan anggaran belanja yang baik dapat memperlambat aliran tersebut dan membantu bila terjadi “banjir” keuangan.
Secara sederhana, penyusunan anggaran belanja bagi suatu keluarga adalah pemetaan tentang arah perjalanan finansial keluarga itu. Walaupun jangka waktu anggaran terbatas, tetapi setiap keputusan finansial yang diambil baik dari sisi pemasukan maupun pengeluaran, secara langsung atau tidak langsung, akan sangat mempengaruhi arah perjalanan finansial selanjutnya. Langkah-langkah finansial kecil yang kita putuskan melalui anggaran akan menentukan langkah-langkah besar di kemudian hari.
Langkah 4: Perhatikan dua masalah keuangan ini—overspending dan debtBelanja berlebihan dan hutang diluar kemampuan, pasti akan merusak sebuah kondisi keuangan yang tadinya solid seperti baja menjadi “amburadul”.
Kebiasaan untuk berbelanja berlebihan bisa dikarenakan belanja itu menyenangkan. Masyarakat kita menganggap ke mall sebagai salah satu hiburan keluarga. Yang tadinya hanya ingin jalan-jalan, pulang malah membawa bungkusan besar dari hasil belanja di mall. Keputusan untuk membeli haruslah didasari oleh sebuah kebutuhan, jangan Anda membelinya hanya karena dorongan atau ketertarikan karena promosi serta iklan besar-besaran ataupun diskon. Tapi ambilah keputusan membeli sesuatu karena memang Anda membutuhkannya.
Contoh diatas merupakan kebiasan keuangan dimana mendahulukan membayar untuk orang lain dari pada diri sendiri. Untuk dapat mengubah serta memperbaiki pola pemakaian uang yang Anda hasilkan tiap bulannya maka Anda harus membayar untuk diri Anda sendiri di depan. Setiap baru mendapatkan gaji atau penghasilan bulanan sebelum dipakai untuk kebutuhan atau keperluan lain, sisihkan 10%-nya setiap bulan.
Satu hal penting berkaitan dengan hutang adalah hutang kartu kredit. Pemakaian kartu kredit sangatlah memudahkan. Tapi ingat jangan anggap kartu kredit sebagai uang saku atau tambahan tapi kartu kredit adalah hutang yang harus Anda bayar begitu tagihan datang. Jangan anda membayar tagihan yang datang setiap bulan hanya cicilan minimalnya saja, karena bunga kartu kredit saat ini masih relatif tinggi, rata-rata berkisar di 3% perbulannya. Dengan bunga majemuk maka bunga kartu kredit per tahun bisa lebih dari 40%. Bukan main tingginya, bukan? Oleh karenanya berhati-hatilah dengan persoalan hutang ini.
Langkah 5: Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijakInvestasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Investasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Sebagai awal, sangat penting bagi Anda untuk memahami bahwa “no single investemnt is right for everyone”. Berbagai batasan seperti kebutuhan akan uang tunai, tujuan dan prilaku serta preferensi Anda terhadap risiko, membuat setiap individu memilih investsi yang berbeda-beda. Menentukan investasi yang tepat membutuhkan sebuah perencanaan yang sesuai.
Dengan menetapkan tujuan spesifik yang telah anda lakukan di langkah ke-2, maka berdasarkan hal itu Anda dapat merencanakan proses pencapaiannya dengan mengalokasikan (menginvestasikan) dana secara regular. Pola investasi ini biasa disebut “Dollar Cost Averaging” .
Langkah 6: Jaga keluarga anda dari risiko dengan asuransiSeperti halnya investasi, maka proteksi juga sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan perencanaan. Karena kita tidak pernah akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin timbul pertanyaan, apakah semua orang membutuhkan asuransi? Tidak ada jawaban yang pasti dalam hal ini. Kebutuhan asuransi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Anda.
Sebagai aturan umum apakah Anda membutuhkan asuransi atau tidak, bisa difokuskan pada pertanyaan apakah Anda sudah menikah atau belum? Secara umum, individu yang belum menikah kebutuhan akan asuransi jiwa menjadi menurun. Tapi hal ini bukan berarti bila Anda tidak memiliki anak maka Anda tidak membutuhkan asuransi. Mungkin saja Anda membutuhkannya. Akan tetapi kecenderungannya, individu yang belum menikah belum menjadikan asuransi menjadi prioritasnya.
Sebaliknya, bila Anda sudah menikah dan memiliki anak, maka asuransi harus menjadi prirotas. Kebutuhan akan asuransi menjadi sangat besar karena sekarang Anda sudah memiliki tanggungan.
Langkah 7: Ini adalah awal bukannya akhirPerencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan dilupakan. Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Keenam langkah di atas merupakan awal dari sebuah proses panjang perencanaan, yang membutuhkan monitoring dan revisi bila dibutuhkan. Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Selamat merencanakan kehidupan keuangan keluarga yang lebih baik di masa depan.
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Berapa banyak impian tahun 2005 yang sudah dicapai? Tentunya sebagian dari Anda telah mencapai beberapa atau malah telah mencapai semua yang diimpikan. Tapi tidak sedikit yang tidak mencapainya. Mungkin karena tidak adanya proses perencanaan untuk mencapai apa yang diimpikan. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memberikan 7 langkah yang dapat Anda lakukan untuk dapat mencapai apa yang selalu diidamkan semua orang, yaitu kesejahteraan finansial.
Langkah 1: Motivasi diri Anda dan tetapkan kekayaan saat iniSemua hal yang dirasa tidak nyaman seputar keuangan bisa menjadi bahan motivasi untuk mengontrol keuangan keluarga. Tentunya Anda sering mendengar bahwa perkataan bila Anda berada dalam kesulitan selalu saja ada jalan keluar. Gunakan kesulitan atau ketidak nyamanan tadi sebagai motivasi untuk mencapai apa yang Anda impikan.
Menetapkan berapa kekayaan bersih yang Anda miliki adalah langkah awal bijak yang harus Anda lakukan. Alat bantunya adalah pembuatan catatan kakayaan. Catatan kekayaan merupakan ringkasan dari nilai aset, hutang atau liabilities dan kekayaan bersih keuangan keluarga pada waktu tertentu. Catatan kekayaan ini merupakan potret sesaat keadaan keuangan keluarga, misalkan per 31 Desember 2003. Catatan ini memberikan perkembangan kondisi keuangan sebuah keluarga. Dari gambaran ini dapat dilakukan perencanaan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai aset dan mengurangi hutang yang masih dimiliki keluarga. Tanpa adanya cacatan kekayaan dengan informasi lengkap, maka sulit bagi Anda untuk mencapai tujuan yang diidamkan.
Bila Anda sudah membuat cacatan tersebut dan memperoleh nilai kekayaan bersih yang Anda miliki, ada baiknya bila Anda membandingkan dengan ukuran general kekayaan dari sebuah buku dengan judul “The Millionaire Next Door” yang ditulis oleh Thomas J. Stanley dan William D. Danko. Formulanya adalah sebagai berikut “A persons’s expected wealth ougth to be 10% of your age multiplied by the annual household income”. Bila formula ini diaplikasikan untuk Anto dengan usai saat ini 35 tahun dan pendapatan selama setahun sebesar Rp.60 juta, maka nilai kekayaan bersih yang sebaiknya dimiliki adalah sebesar 3,5 x Rp.60 juta = Rp.210 juta.
Langkah 2: Tetapkan tujuan dan sesuaikan dengan kondisi keuanganMenurut hemat kami, tujuan keuangan keluarga harus memenuhi 5 kriteria, yang disingkat menjadi SMART: Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound. Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan secara spsifik dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya. Sebagai contoh, Anda ingin untuk hidup berkecukupan di masa tua. Ini memang tujuan, namun belum spesifik. Diperlukan nilai terukur, misalnya memerlukan dana Rp 1 milyar untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Agar lebih lengkap, tujuan perlu dinyatakan misalnya sebagai berikut: Pensiun pada usia 55 tahun dengan dana yang dimiliki Rp 1 milyar.
ALTERNATIF STRATEGI INVESTASI
Beginilah contoh transaksi pola margin. Sebut saja Anda memiliki dana sebesar Rp.100 juta untuk diinvestasikan. Anda membuka account di sebuah perusahaan sekuritas, dan mengijinkan Anda untuk bertransaksi dengan pola margin. Sekarang kita ambil contoh bila Anda ingin membeli saham dengan total investasi sebesar Rp.150 juta. Anda menginvestasikan Rp.100 juta yang Anda miliki dan sisa Rp.50 juta dibantu oleh perusahaan dengan pola margin (kredit). Tentunya dengan pinjaman dana yang Anda lakukan, perusahaan akan membebani Anda dengan bunga.
Setelah pembelian maka Anda mendapatkan investasi dalam saham ABC dengan nilai sebesar Rp.150 juta. Sekarang kita asumsikan bahwa nilai saham Anda naik menjadi dua kali lipat, menjadi Rp.300 juta. Dari total investasi tersebut, Rp.250 juta merupakan bagian Anda dan Rp.50 juta dengan tambahan bunga menjadi bagian perusahaan sekuritas. Bila keadaan seperti ini, maka Anda dapat menjual saham senilai kurang lebih Rp.50 juta ditambah bunga untuk membayar lunas kredit atau hutang yang Anda miliki dan sisa investasi jadi bagian Anda semua.
Investasi Anda = Rp.100 jutaPembelian margin (hutang) = Rp.50 jutaTotal Investasi = Rp.150 juta Bila nilai investasi naik dua kali lipat = Rp.300 jutaInvestasi bagian Anda = Rp.250 juta
Tentunya terlihat sangat bagus bukan? Sekarang kita asumsikan bahwa pasar dalam keadaan menurun, dan nilai investasi Anda turun 60% dari investasi awal atau Rp.60 juta. Berapa nilai investasi yang Anda miliki sekarang? Hanya Rp.10 juta. Anda masih tetap berhutang dengan perusahaan sekuritas sebesar Rp.50 juta. Bila nilai investsai terus turun maka perusahaan sekuritas memiliki wewenang untuk menjual investasi Anda untuk menutup kredit yang mereka berikan.
Investasi Anda = Rp.100 jutaPembelian margin (hutang) = Rp.50 jutaTotal Investasi = Rp.150 jutaBila nilai investasi turun 60%, maka nilai investasi = Rp.60 jutaInvestasi bagian Anda = Rp.10 jutaBalance pinjaman = Rp.50 juta
Inilah risiko berinvestasi dengan pola margin. Jadi jelas dari contoh di atas, bahwa berinvestasi dengan margin sangat menguntungkan bila pasar dalam keadaan naik, dengan meminjam dana untuk berinvestasi tapi begitu pasar turun, kerugian Anda akan meningkat. Tidak ada seorang pun yang tau kapan pasar akan naik atau turun, sehingga kami menyarankan agar Anda tidak berinvestasi dengan pola margin apalagi untuk sebuah tujuan yang menjadi dambaan keluarga. Demikianlah beberapa starategi yang kami lihat perlu Anda pahami dalam berinvestasi untuk mencapai tujuan masa datang. Selamat berinvestasi
Beginilah contoh transaksi pola margin. Sebut saja Anda memiliki dana sebesar Rp.100 juta untuk diinvestasikan. Anda membuka account di sebuah perusahaan sekuritas, dan mengijinkan Anda untuk bertransaksi dengan pola margin. Sekarang kita ambil contoh bila Anda ingin membeli saham dengan total investasi sebesar Rp.150 juta. Anda menginvestasikan Rp.100 juta yang Anda miliki dan sisa Rp.50 juta dibantu oleh perusahaan dengan pola margin (kredit). Tentunya dengan pinjaman dana yang Anda lakukan, perusahaan akan membebani Anda dengan bunga.
Setelah pembelian maka Anda mendapatkan investasi dalam saham ABC dengan nilai sebesar Rp.150 juta. Sekarang kita asumsikan bahwa nilai saham Anda naik menjadi dua kali lipat, menjadi Rp.300 juta. Dari total investasi tersebut, Rp.250 juta merupakan bagian Anda dan Rp.50 juta dengan tambahan bunga menjadi bagian perusahaan sekuritas. Bila keadaan seperti ini, maka Anda dapat menjual saham senilai kurang lebih Rp.50 juta ditambah bunga untuk membayar lunas kredit atau hutang yang Anda miliki dan sisa investasi jadi bagian Anda semua.
Investasi Anda = Rp.100 jutaPembelian margin (hutang) = Rp.50 jutaTotal Investasi = Rp.150 juta Bila nilai investasi naik dua kali lipat = Rp.300 jutaInvestasi bagian Anda = Rp.250 juta
Tentunya terlihat sangat bagus bukan? Sekarang kita asumsikan bahwa pasar dalam keadaan menurun, dan nilai investasi Anda turun 60% dari investasi awal atau Rp.60 juta. Berapa nilai investasi yang Anda miliki sekarang? Hanya Rp.10 juta. Anda masih tetap berhutang dengan perusahaan sekuritas sebesar Rp.50 juta. Bila nilai investsai terus turun maka perusahaan sekuritas memiliki wewenang untuk menjual investasi Anda untuk menutup kredit yang mereka berikan.
Investasi Anda = Rp.100 jutaPembelian margin (hutang) = Rp.50 jutaTotal Investasi = Rp.150 jutaBila nilai investasi turun 60%, maka nilai investasi = Rp.60 jutaInvestasi bagian Anda = Rp.10 jutaBalance pinjaman = Rp.50 juta
Inilah risiko berinvestasi dengan pola margin. Jadi jelas dari contoh di atas, bahwa berinvestasi dengan margin sangat menguntungkan bila pasar dalam keadaan naik, dengan meminjam dana untuk berinvestasi tapi begitu pasar turun, kerugian Anda akan meningkat. Tidak ada seorang pun yang tau kapan pasar akan naik atau turun, sehingga kami menyarankan agar Anda tidak berinvestasi dengan pola margin apalagi untuk sebuah tujuan yang menjadi dambaan keluarga. Demikianlah beberapa starategi yang kami lihat perlu Anda pahami dalam berinvestasi untuk mencapai tujuan masa datang. Selamat berinvestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar